• May 9, 2024
Kasus mutilasi yang dilakukan polisi Melawi disebut bermula dari rasa cemburu

Kasus mutilasi yang dilakukan polisi Melawi disebut bermula dari rasa cemburu

Selama sepekan ini, pelaku terlihat marah dan terkesan mengusir orang, namun yang diusir sebenarnya tidak ada.

PONTIANAK, Indonesia – Kapolda Kalimantan Barat Brigjen Arief Sulistyanto menyatakan kasus pembunuhan yang dilakukan Brigadir Petrus Bakus dengan melukai kedua anak kandungnya, Febian (5) dan Amora (3) diduga bermula dari rasa cemburu.

Berdasarkan fakta dan keterangan istrinya Windri Hairin Yanti, dalam dua pekan terakhir, pelaku kerap marah-marah setelah dituding istrinya selingkuh, bermula dari pesan singkat yang dikirimkan seorang perempuan ke ponsel pelaku. kata Arief Sulistyanto dalam siaran persnya di Pontianak, Senin. 29 Februari.

Arief menjelaskan dampak dari pesan singkat tersebut, istri pelaku menuduh Petrus Bagus melakukan penipuan. Namun pelaku juga iri dengan istrinya yang setiap hari membantu suaminya mendapatkan penghasilan tambahan dengan menerima pesanan kue ulang tahun dan lain sebagainya.

Sehingga kemanapun istrinya pergi selalu diawasi oleh orang yang disuruh pelaku. Istrinya menjadi tidak bahagia karena tidak lagi percaya satu sama lain, akibatnya istrinya meminta cerai, yang terjadi dua minggu sebelum kasus pembunuhan, ujarnya.

Sehingga menurut Arief, pelaku pun marah-marah, bahkan menurut pengakuan istrinya, kedua anaknya memberi tahu bahwa pelaku akan membunuh istrinya, namun istri pelaku tidak menghiraukan perkataan kedua anaknya tersebut, sehingga terjadi pembunuhan. ambil tempat.

Menurut pengakuan istrinya, selama sepekan ini pelaku terlihat marah dan seolah mengusir orang, namun orang yang dikejar sebenarnya tidak ada. “Ini sudah direncanakan dengan berkonsultasi dengan pendeta di gereja,” katanya.

Dari hasil olah TKP, penyidik ​​juga menemukan secarik kertas bertuliskan “apapun yang kamu katakan akan terjadi padaku” ditemukan di belakang rumahnya. Kemudian penyidik ​​juga menemukan tumpukan kayu yang diakui tersangka membakar dirinya dan keluarganya.

Pelaku mengaku, setelah membunuh kedua anaknya, ia juga akan membunuh istrinya, kemudian bunuh diri, dan membakar jenazah keluarganya dengan kayu yang disiapkan di belakang rumahnya, kata Arief.

Kapolda Kalbar dalam kesempatan itu menambahkan, dari rangkaian kejadian dan fakta di lapangan, tidak ada masalah dalam merekrut anggota Polri, khususnya pelaku, sehingga tim penyidik ​​akan terus mengusutnya. motif pelaku membunuh kedua anak kandungnya.

Arief mengatakan, pelaku merupakan Brigadir Polres Melawi lulusan tahun 2007, kelahiran Tahuban 1988, Kabupaten Landak. Dari hasil tes tersebut, pelaku mendapat nilai tertinggi dari Polres Melawi, dan lolos serangkaian tes standar dari Mabes Polri.

“Dari hasil pemeriksaan saksi-saksi, baik dari teman sekelas, lingkungan kerja dan lain-lain, tidak ada yang aneh dengan kelakuan pelaku sehingga terpilih menjadi brigadir intelijen dan ditempatkan di Badan Intelijen dan Keamanan Polres Melawi,” ujarnya.

Selain itu, Polda Kalbar juga menjalankan dengan ketat dalam proses pembinaan kariernya dan tidak pernah ada pelanggaran atau penyimpangan yang dilakukan oleh para pelanggar, ujarnya.

“Langkah yang kami lakukan saat ini antara lain melakukan olah TKP, otopsi, penyitaan barang bukti, melakukan tes narkoba yang negatif, melakukan prarekonstruksi, mendatangkan tim psikolog baik dari Polda Kalbar maupun Mabes Polri,” ujarnya.

Sebelumnya, Kabid Humas Polda Kalimantan Barat AKBP Arianto mengatakan, pelaku mutilasi diduga mengidap penyakit jiwa yang menyerang otak bernama skizofrenia yang menyebabkan anaknya dibunuh sekitar pukul 24.00 WIB, Kamis (25/2). ) di Asrama Polres Melawi. Pembunuhan terjadi saat istri dan kedua anaknya sedang tidur.

“Menurut keterangan istrinya, sejak seminggu ini suaminya sering sendirian di rumah dalam keadaan marah-marah seolah ada roh halus yang mendatanginya, dan sering dibisik-bisikkan ceritanya,” ujarnya.

Pelaku juga sempat mencoba membunuh istrinya, namun istrinya terbangun saat suaminya mendatangi istrinya dengan membawa parang yang berlumuran darah dan mengatakan akan membunuhnya, kata Arianto.

“Saat itu istrinya meminta waktu untuk menemui anak-anaknya dan pelaku mengatakan kedua anaknya sudah meninggal. “Kemudian istrinya mencari cara agar pelaku tidak curiga, sehingga dia meminta kepada pelaku sebelum membunuhnya untuk diambilkan air terlebih dahulu,” ujarnya.

Saat suaminya mendapat air minum, istrinya memanfaatkannya untuk melarikan diri dan meminta bantuan warga asrama, ujarnya. – dengan laporan Antara/Rappler.com

BACA JUGA:

Toto sdy