Liverpool vs Chelsea: Terancam terpuruk terus
- keren989
- 0
Liverpool berada di urutan pertama Liga Inggris setelah tersingkir di Piala FA dan Piala Liga.
JAKARTA, Indonesia – Sebagai klub sekali seumur hidup, tanda sekecil apa pun akan menang bisa membuat fans Liverpool bahagia. Kenangan akan kehebatan masa lalu segera diputar. Lagu-lagu kebangkitan kembali dinyanyikan.
Tidak peduli berapa kali harapan itu akhirnya hancur, para menyalin akan segera melupakan trauma kegagalan. Untuk kemudian mengisinya dengan harapan lagi. Lakukan terus menerus.
Meski terkadang keraguan muncul di hati kecilku: mungkin kesuksesan ini hanya terjadi sesekali saja. Dan itu tidak akan terjadi lagi.
Liverpool adalah kisah di mana keajaiban masih muncul di setiap pertandingan. Tapi begitu hilang, keajaiban itu tidak akan pernah kembali.
Era Liga Premier telah melihat mereka beberapa kali nyaris memenangkan gelar. Terakhir, pada musim 2013-2014, Kepala memimpin klasemen pada pekan ke-32 hingga ke-35. Hanya tiga laga untuk merebut gelar juara.
Sepak bola hampir kembali ke kota pelabuhan sebelum Stamford Bridge menyaksikan Steven Gerard tergelincir dan gawang mereka dibobol oleh seorang striker berkulit hitam yang namanya di papan skor mulai terlupakan.
Periode Premier League bagi Liverpool adalah masa di mana harapan sangat tinggi. Untuk kemudian terlempar begitu keras ke dalam tanah.
Hanya punya Liga Premier
Harapan itu kembali berkibar dengan hadirnya Juergen Klopp. Di pertengahan musim ini, mereka menjadi satu dari dua tim yang tetap konsisten berada di puncak klasemen. Di puncak, sekali lagi musuh yang mencopot mereka tiga tahun lalu: Chelsea.
Kemenangan melawan Manchester City pada 31 Desember lalu membuat mereka semakin dekat dengan anak-anak Antonio Conte. Hanya 2 kemenangan lagi. Namun, apa yang terjadi selanjutnya seakan mengulangi pola nasib yang sering menimpa mereka: imbang dua kali dan justru kalah 2-3 dari Swansea membuat mereka tersingkir dari perburuan gelar juara. Posisi mereka digantikan oleh Arsenal.
Liverpool yang sebelumnya tertahan dengan selisih 6 poin, kini terpaut 10 poin.
Ada 16 pertandingan tersisa di musim ini. Berpikir bahwa peluang Liverpool meraih gelar sudah berakhir jelas merupakan hari kiamat. Namun percaya bahwa mereka akan mampu mengubah situasi adalah bentuk rasa percaya diri yang berlebihan.
Orang Komunis memang konsisten mengalahkan tim-tim besar. Mereka mendorong Arsenal, Chelsea dan Manchester City. Namun begitu Anda kalah, penderitaan terjadi di fase krusial. Misalnya, kekalahan dari Wolverhampton—klub yang berkompetisi di kasta kedua Liga Premier, Championship—membuat mereka tersingkir dari Piala FA. Sedangkan kekalahan dari Southampton membuat rival sekota Everton mundur dari Piala Liga.
Begitu juga di Liga Premier. Ketangguhan mereka melawan tim-tim besar tidak ada jejaknya Orang Komunis dikalahkan Bournemouth 3-4 dan Swansea 2-3. Dua tim yang impian terbesarnya adalah bagaimana menghindari degradasi.
Kalah tiga pertandingan berturut-turut membuat kami merasa seperti tim di bawah rata-rata, kata Klopp dikutip oleh BBC. Namun lebih baik kalah tiga kali di tiga kompetisi berbeda daripada kalah tiga kali berturut-turut di kompetisi yang sama, tambah mantan pelatih Mainz dan Borussia Dortmund itu.
Pernyataan terbaru Klopp mengindikasikan satu hal besar: keinginan untuk menghentikan kekalahan beruntun mereka. Namun ambisi ini akan menemui tembok besar. Mereka harus menghadapi tim paling konsisten dan ajaib musim ini, Chelsea, melawan Anfield, Rabu 1 Februari pukul 03:00 WIB dini hari.
Manajer Chelsea Antonio Conte mengatakan Liverpool sangat marah. Sebab, hidup mereka kini hanya bergantung pada Liga Inggris setelah Piala FA dan Piala Liga lepas kendali. Sesuatu yang perlu diwaspadai John Terry dan kawan-kawan.
“Kami masih bisa lolos ke Liga Champions jika kami memberikan segalanya yang kami bisa,” kata Klopp.
Kemarahan mungkin satu-satunya hal yang bisa diandalkan Liverpool. Pemain favorit Klopp absen. Danny Ings tidak bisa dimainkan. Sementara itu, Nathaniel Clyne dan Adam Lallana masih diragukan tampil. Sementara itu, andalan lini depan Sadio Mane mungkin belum 100 persen baru tiba di Inggris usai mengikuti Piala Afrika.
Situasi ini bisa membuat mereka kesulitan mempertahankan posisi empat besar. Pasalnya Manchester City bisa menggantikan Jordan Henderson dan kawan-kawan kapan pun mereka tidak menang.
Bagi Conte, laga melawan Liverpool menjadi salah satu penentu gelar juara. Kemenangan akan membawa mereka semakin jauh ke puncak klasemen. Apalagi mereka dikalahkan Liverpool 1-2 di babak pertama.
“Sejak kekalahan itu kami berubah dan berkembang menjadi lebih baik lagi. Dari segi identitas dan karakter. Melawan tim tangguh itu sulit. Tapi begitu kami menang, kepercayaan diri kami akan naik tinggi,” ujarnya Menghitung.—Rappler.com