• November 7, 2024

Pembukaan kembali tabir gelap tahun 1965 di Festival Film Memory Recollection

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Dalam Memory Recollection Film Festival, pengunjung juga akan disuguhi pertunjukan musik, instalasi seni, dan foto-foto.

JAKARTA, Indonesia — Lima puluh tahun telah berlalu sejak tragedi kemanusiaan 65 tahun yang lalu. Banyak orang yang terus bertanya dan mencerna.

“Mengapa gelombang pembantaian, pembunuhan, pemenjaraan, penyiksaan dan semua kengerian yang tiada tara ini dianggap tidak pernah ada?” ujar Yulia Evina Bhara, Direktur Asosiasi Partisipasi Indonesia, pada 4 Desember 2015.

Yulia pun terus mempertanyakan mengapa tabir kelam sejarah tahun 1965 terus ditutup-tutupi. Ada banyak bukti dan saksi mulai dari artefak hingga korban dan penyintas yang dapat menceritakan berbagai macam cedera dan rasa sakit yang mereka alami. Namun negara tidak pernah mengakuinya.

“Sejarah macam apa yang harus dibangun dan diwariskan atas kebohongan demi kebohongan yang terus menerus diceritakan?” dia menambahkan.

Kegelisahan inilah yang mendorong partisipasi masyarakat Indonesia berinisiatif mengadakan acara bertajuk ‘Memory Recollection’. Pada kegiatan ini terdapat rangkaian kegiatan seni instalasi, film, foto dan musik yang dipusatkan pada bangunan museum sementara yang dibangun di kawasan Jakarta Theater Plaza, Taman Ismail Marzuki (TIM).

Memory Recollection akan dimulai dengan Memory Recollection Film Festival. Ada 15 film yang akan diputar di Kineforum, TIM mulai 4-10 Desember 2015.

Empat film di antaranya merupakan film baru yang diproduksi khusus untuk program Rekoleksi Memori: “Tida Lupa” karya sutradara Asrida Elisabeth, “Sister in History” karya sutradara Amerta Kusuma, “Tarung” karya sutradara Steve Pillar Setiabudi, dan “0990” karya sutradara Bayu. V. Keempat film ini menceritakan tentang suara-suara masa lalu untuk mengungkap masa depan.

Penayangan perdana keempat film tersebut dijadwalkan pada hari Sabtu, 5 Desember 2015, pukul 14.15 dan 17.00, dilanjutkan dengan diskusi dengan para pembuat film.

Dalam penyelenggaraan Festival Film Kenangan Kenangan, partisipasi Indonesia menggandeng Komnas HAM dan Dewan Kesenian Jakarta.

Meskipun festival film dimulai pada tanggal 4 Desember 2105, Museum Sementara baru akan dibuka pada tanggal 7 Desember 2015 pukul 19.00. Seluruh rangkaian acara Memory Recollection terbuka untuk umum dan gratis.

Rangkaian gambar, foto, musik, instalasi seni, dan suara dalam Rekoleksi Memori tidak hanya dihadirkan untuk menjelaskan kisah pedih dan segala kengeriannya.

Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi jendela bagi masyarakat Indonesia untuk belajar memahami sejarah masa lalu.

Tanpa memahami sejarah masa lalu, kita akan tersesat sebagai bangsa yang terikat dalam hutan kebohongan dan kekerasan yang tiada habisnya, kata Yulia.

Ia berharap perbedaan apa pun di masa depan tidak lagi diselesaikan dengan kekerasan.—Rappler.com

BACA JUGA:

Togel Sidney