• May 20, 2024
Perburuan hiu di Raja Ampat dikhawatirkan akan meningkat

Perburuan hiu di Raja Ampat dikhawatirkan akan meningkat

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Libatkan investor besar. Permintaan ikan hiu di akhir tahun meningkat untuk jamuan makan

MALANG, Indonesia – Sejumlah penyelam baru-baru ini menemukan bangkai hiu di perairan Raja Ampat, Papua. Pada 27 Desember 2015, mereka mengunggah foto bangkai ikan hiu melalui akun media sosialnya. Para penggiat konservasi satwa khawatir kejadian yang terjadi di perairan konservasi ini bukan yang terakhir.

Pasalnya, permintaan sirip hiu diperkirakan akan meningkat di penghujung tahun setelah berbagai perayaan akhir tahun kerap menjadikan sirip hiu sebagai salah satu menu utamanya. Rosek Nursahid, Ketua Perlindungan Hutan dan Fauna (ProFauna), mengatakan kasus ini merupakan kasus pertama yang diketahui ProFauna yang terjadi di kawasan Raja Ampat.

Kawasan konservasi laut ini cukup luas dan banyak menjadi tujuan wisatawan mancanegara karena keindahan biota lautnya, termasuk hiu dan pari manta. Meski tidak semua hiu dilindungi, namun jika berada di kawasan konservasi maka status seluruh satwa dilindungi. Kasus di Raja Ampat ini merupakan kasus perburuan hiu pertama di sana, kata Rosek, Rabu, 30 Desember 2015. .

Menurut dia, temuan ini mungkin bukan yang terakhir terjadi di Raja Ampat. Ia khawatir penemuan bangkai hiu tak bersirip ini hanya sekilas tentang perburuan hiu yang mungkin terjadi di lokasi yang sama. Para pemburu hiu diduga melakukan aktivitas perburuan dalam jumlah besar dan bermodal besar.

Dibutuhkan banyak peralatan yang memadai dan banyak orang untuk berburu hiu di lautan. “Saya curiga itu jaringan mafia yang bermodal besar,” ujarnya. Sebab berburu di laut memerlukan modal yang besar mulai dari kapal, tenaga berburu dan perlengkapan lain yang memadai.

“Apalagi menjelang akhir tahun, permintaan sirip hiu akan meningkat untuk menu jamuan makan besar.” dia berkata. Rosek juga menduga perburuan hiu marak terjadi pada dua pekan menjelang akhir tahun, seiring banyaknya hari raya dan hajatan yang berlangsung di bulan Desember. “Di banyak negara, seperti China, jamuan makan hiu masih sering dipilih sebagai menu utama perayaan khusus,” ujarnya.

Hari ini adalah hari yang sangat menyedihkan. Pergi dengan keajaiban Biru pagi ini yang terkenal dengan banyak aksi dan hal-hal besar seperti abu-abu…

Diposting oleh Fredrik Jacobsson pada 27 Desember 2015

Pihak berwenang setempat harus menanggapi hal ini dengan serius, mengamankan wilayah tersebut dengan meningkatkan patroli untuk menghentikan dan menemukan pihak-pihak yang bertanggung jawab atas masalah ini. Jika hal ini tidak ditanggapi dengan serius, ProFauna khawatir nama Raja Ampat sebagai destinasi wisata favorit wisatawan mancanegara akan tercoreng.

Berkaca dari hal tersebut pada tahun 1999-2001, sejumlah lembaga konservasi satwa di Eropa mengumumkan boikot terhadap Bali sebagai destinasi pariwisata setelah terungkap adanya perburuan penyu secara besar-besaran di Pulau Bali. Rosek teringat saat itu ProFauna menerima salinan petisi dan surat boikot dari berbagai organisasi konservasi satwa dunia dan juga masyarakat peduli satwa untuk diteruskan ke Gubernur Bali saat itu.

“Ada kurang lebih 300 ribu orang yang ikut serta dalam petisi dan gerakan boikot. Saat itu dampaknya sangat terasa, bahkan ada agen perjalanan besar di Eropa yang membatalkan tur karena tindakan tersebut. “Saya khawatir jika hal ini tidak kita tangani dengan serius, Raja Ampat akan bernasib sama,” ujarnya.

Menurut Rosek, fungsi hiu sebagai predator adalah untuk menyeimbangkan ekosistem biota laut dan berperan dalam hal tersebut.m pelestarian terumbu karang. Sebelumnya, instruktur PADI di Wicked Diving, Fredrik Jacobsson, mengunggah penemuan bangkai hiu tak bersirip di akun Facebook miliknya. — Rappler.com

BACA JUGA

Sidney prize