• May 9, 2024
Perilaku online ekstremis di Indonesia memperluas doktrin ISIS

Perilaku online ekstremis di Indonesia memperluas doktrin ISIS

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

“Propaganda ISIS disebarkan melalui media sosial dan dapat mengindoktrinasi pengikutnya agar tertarik pada ISIS.”

JAKARTA, Indonesia – Penelitian menunjukkan bahwa perilaku online dan penggunaan media sosial di kalangan ekstremis di Indonesia telah memungkinkan propaganda ISIS menjangkau lebih luas.

Hasil penelitian yang dilakukan Institute for Conflict Policy Analysis (IPAC) menyebutkan bahwa pemerintah tidak akan mampu melawan gerakan ini kecuali mampu melatih para ahli untuk menganalisis isi komunikasi para ekstremis.

Riset yang dirilis pada Jumat 30 Oktober ini menjelaskan bagaimana ekstremis di Indonesia menggunakan Facebook, Twitter, dan berbagai aplikasi seluler seperti WhatsApp dan Telegram. Penelitian ini membagi analisisnya menjadi empat periode, yaitu periode Jemaah Islamiyah tahun 1999-2003, periode Noordin tahun 2004-2009, periode pasca-pelatihan di Aceh tahun 2010-2013, dan periode ISIS mulai muncul tahun 2014-2015.

“Propaganda ISIS disebarkan melalui media sosial dan dapat mengindoktrinasi khalayak agar tertarik pada ISIS,” kata Sidney Jones, direktur IPAC, dalam rilisnya. “Tetapi yang paling mempengaruhi seseorang adalah ketika mereka mulai bergabung dengan kelompok diskusi radikal.”

Namun propaganda ISIS nampaknya mempunyai pengaruh tersendiri, setidaknya dalam menggambarkan kehidupan yang “menyenangkan” di ISIS dan kehidupan nyaman para pejuang ISIS asal Indonesia. IPAC menyatakan, setiap hari semakin banyak keluarga Indonesia yang pergi ke Suriah, termasuk perempuan.

“Kekerasan ekstremis di Indonesia kini telah menjadi aktivitas sosial,” kata Jones. “Menjadi bagian dari sebuah grup memiliki daya tarik tersendiri.”

Melihat hal tersebut, IPAC menyimpulkan bahwa para ekstremis di Indonesia kurang kreatif dalam menggunakan Internet. Setidaknya hanya ada satu peretasan besar yang terjadi di Indonesia, dan itu terjadi lima tahun lalu.

Mungkin yang paling menarik adalah penggunaan baru ponsel, yaitu video pernikahan, yang mempertemukan perempuan di Indonesia dengan ekstremis di Suriah. Berdasarkan hasil penelitian IPAC, pernikahan ini memiliki beberapa tujuan, antara lain memperkuat hierarki sosial, memenuhi kebutuhan biologis, dan mendatangkan perempuan ke Timur Tengah untuk dijadikan pejuang ISIS yang belum menikah. —Rappler.com

BACA JUGA:

Keluaran SDY