• November 12, 2024
Pesan Jusuf Kalla kepada investor di APEC: Silakan datang

Pesan Jusuf Kalla kepada investor di APEC: Silakan datang

Indonesia memanfaatkan lembaga multilateral untuk mendukung pembangunan infrastruktur guna mewujudkan konektivitas di kawasan APEC

JAKARTA, Indonesia – Pertemuan Organisasi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) berakhir hari ini, Kamis, 19 November, di Manila, Filipina. Wakil Presiden Jusuf Kalla yang mewakili Indonesia pada Pertemuan Pemimpin Ekonomi APEC menyampaikan pesan agar investor asing sebaiknya berinvestasi di Indonesia.

“silakan datang” (Silakan datang), kata JK, begitu ia biasa disapa, saat menyampaikan pidato dalam pertemuan para pimpinan perusahaan di negara-negara APEC.

Baik dalam pidato maupun pertemuan bilateral, Kalla menyerukan pentingnya kerja sama antar negara anggota untuk mengembangkan perekonomian, perdagangan, iklim usaha dan investasi di kawasan ini.

Dalam wawancara eksklusif dengan Rappler sebelum berangkat ke Manila, Jumat, 13 November lalu, Kalla menggarisbawahi pentingnya membangun konektivitas di kawasan Asia-Pasifik dengan membangun infrastruktur, baik jalan maupun pelabuhan.

“Kita perlu memanfaatkan lembaga multilateral yang sudah ada, termasuk AIIB,” kata JK merujuk pada Asian Infrastructure Investment Bank yang pendiriannya diprakarsai oleh Tiongkok.

Pertemuan tahunan APEC tidak dirancang untuk mengambil keputusan yang mengikat bagi anggotanya yang terdiri dari 21 negara di kawasan Asia-Pasifik.

Namun APEC tetap relevan untuk koordinasi kebijakan perdagangan dan investasi, termasuk mendorong pembangunan inklusif sesuai tema tahun ini, kata Kalla.

Pada pertemuan APEC tahun ini, Indonesia juga mendorong masuknya minyak sawit barang pembangunanatau daftar item dukungan pengembangan.

(Video wawancara Rappler dengan Kalla bisa dilihat di sini)

Pertemuan APEC di Manila dibayangi oleh tindak lanjut keinginan negara-negara anggota untuk bergabung dalam Trans Pacific Partnership (TPP) yang didorong oleh Presiden AS Barack Obama.

“Indonesia sedang memperhitungkan untung ruginya, positif dan negatifnya, serta syarat dan konsekuensi perubahan peraturan perundang-undangan jika bergabung dengan TPP,” kata Kalla.

Dalam wawancara yang dilakukan di kantor wakil presiden kompleks Istana Merdeka itu, Kalla menunjukkan sebuah buku berwarna biru setebal lima sentimeter yang berisi segala hal tentang APEC. Di sebelahnya terletak Buku UUD 1945.

“Saya membaca dengan cermat setiap halaman soal TPP agar kita benar-benar siap dan tahu persis,” aku Kalla.

Diperlukan waktu setidaknya dua tahun bagi negara-negara untuk mempersiapkan dan diterima menjadi anggota TPP. Presiden Joko “Jokowi” Widodo menyatakan minatnya untuk bergabung dengan TPP bulan lalu dalam pertemuan dengan Obama di Gedung Putih, Washington DC.

“Partisipasi dalam perjanjian perdagangan penting bagi kami. “Kalau mau maju, meski kondisinya sulit, harus berhasil,” kata Kalla.

Menteri Perdagangan Thomas Lembong beberapa waktu lalu mengatakan pada acara Tech in Asia di Jakarta, ide bergabung dengan TPP datang langsung dari Jokowi, karena Indonesia ingin masuk kategori pemain kelas satu perekonomian dunia.

Diakui Kalla, meski pemerintah telah mengeluarkan enam paket deregulasi untuk mendorong iklim usaha yang lebih cepat, murah, dan baik, namun terdapat kendala pada birokrasi, khususnya di daerah.

“Oleh karena itu, kami rutin mengumpulkan para gubernur dan bupati untuk memastikan niat baik pemerintah pusat untuk mendorong penguatan ekonomi yang didukung oleh pemerintah daerah. “Kami juga mendorong belanja modal dan barang,” ujarnya.

Paket deregulasi tersebut juga membantah anggapan bahwa perekonomian Indonesia mengarah pada proteksionisme yang muncul akibat pembatasan impor.

“Jika kita tidak bisa meningkatkan ekspor karena terkena dampak perlambatan ekonomi, maka kita harus mengurangi impor,” ujarnya. Menurutnya perekonomian dunia saling berhubungan, tidak boleh ada prinsip terbuka atau tertutup.

Biasanya dalam situasi krisis, banyak negara yang kemudian memikirkan kepentingan nasional, artinya melindungi pasar, agar industri dalam negeri tetap berfungsi, dan kemudian menerapkan hambatan non-tarif terhadap impor, kata Kalla.

Ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2015 mencapai 4,75 persen. —Rappler.com

BACA JUGA:

Sdy pools