• May 9, 2024
Sajikan makanan lama sampai penyakitnya tidak diobati

Sajikan makanan lama sampai penyakitnya tidak diobati

JAKARTA, Indonesia – Sebanyak 1.672 hari atau 4,5 tahun, 4 awak kapal WNI harus bertahan hidup di bawah tekanan bajak laut Somalia setelah kapal yang mereka kerjakan dibajak. Kapal Naham 3 dibajak di perairan Seychelles pada 26 Maret 2012 sekitar pukul 02.00 waktu setempat.

Nyawa Adi Manurung, Elson Pesireron, Sudirman, Supardi, Nasirin dan 22 awak kapal lainnya berada dalam ketidakpastian setelah kapten kapal tersebut ditembak mati oleh bajak laut yang mengejar kapalnya dari belakang. Adi bercerita bagaimana kapalnya dibajak, karena Naham menangkap 3 ikan dengan menggunakan jalur yang tidak aman.

“Kapten kami sudah tahu sejak awal bahwa rute yang kami lalui rawan pembajakan. “Kami hanya kru saja yang belum mengetahui jalurnya,” kata Adi Manurung saat ditemui Rappler, Senin, 31 Oktober, di Kantor Kementerian Luar Negeri usai resmi diserahkan kepada pihak keluarga.

Adi mengatakan 2 perahu cepat bersama 15 orang perompak tiba-tiba melepaskan tembakan membabi buta ke arah kapal Naham 3. Salah satu peluru menewaskan kapten kapal.

Para perompak berhasil menaiki kapal mereka dan menyandera seluruh awak kapal. Prosesnya memakan waktu 1,5 tahun. Namun penderitaan sesungguhnya baru dialami ketika 27 awak kapal dipindahkan ke darat oleh bajak laut, sehingga kapal Naham 3 akhirnya tenggelam.

Berikut perlakuan tidak manusiawi yang diterima 27 awak kapal dan cara mereka bertahan hidup:

1. Minum air hujan mengandung kotoran hewan
Salah satu awak kapal asal Medan, Sumut, Sudirman, mengatakan Somalia merupakan negara miskin dan kering. Negara ini hampir tidak pernah mengalami hujan. Sementara itu, mereka membutuhkan air untuk bertahan hidup.

Lalu apa yang mereka lakukan? Sudirman mengatakan, jika hujan turun, mereka mengusir tanah untuk menampung air hujan.

“Orang-orang membanjiri Somalia setidaknya dua kali setahun. “Akhirnya tanah tersebut kami gali dan dibuatkan seperti bendungan untuk menampung air hujan, karena air yang diberikan oleh para bajak laut tersebut tidak layak untuk diminum,” kata Sudirman dalam siaran persnya.

Itupun air hujan yang ditampung seringkali mengandung kotoran hewan seperti unta atau kambing. Sedangkan air yang diberikan para perompak setiap harinya hanya setengah gelas untuk digunakan bersama.

2. Makanan lama diberikan
Sudirman mengatakan, mereka tidak diberi makan tiga kali sehari. Makanan yang diberikan berupa roti.

“Tetany, itu roti yang disajikan kemarin lalu sudah tua dan dipanaskan kembali. “Akhirnya kami kena diare karena makan roti itu,” kata pria berusia 24 tahun itu.

Untuk makan malam mereka terkadang diberi nasi. Tapi lauk pauknya hanya kacang-kacangan atau bahkan saus teh.

“Tidak ada garam di sana. Jadi, makan saja apa yang ada,” katanya.

3. Berburu binatang liar
Diakuinya, awak kapal terpaksa berburu hewan liar seperti kucing, burung, dan tikus untuk dimakan. Namun, dengan syarat para perompak tidak tertangkap.

“Kalau ketahuan, ada konsekuensinya. Tangan dan kaki akan diikat lalu ditarik ke belakang sehingga terlihat seperti huruf U. Rasanya sakit sekali, ujarnya.

4. Ditembak di kaki
Sudirman juga mengatakan, satu lagi awak kapal asal Kamboja tertembak di bagian kaki saat buang air besar. Menurutnya, hal itu disebabkan masalah sepele, hanya karena para awak kapal menanggapi makian bajak laut Somalia tersebut dengan kata-kata kasar.

“Itu memang diselidiki oleh bajak laut yang memiliki sedikit pengetahuan medis. Tapi mereka tidak punya obat. Pada akhirnya, awak kapal asal Kamboja tersebut tidak bisa berjalan selama beberapa minggu. Untung pelurunya tidak mengenai kaki, ujarnya.

Situasi dan kondisi yang buruk di Somalia menyebabkan seluruh awak kapal jatuh sakit. Ajaibnya, dengan keterbatasan peralatan medis dan obat-obatan, penyakit ini seringkali sembuh dengan sendirinya.

Sayangnya, ada satu awak kapal WNI asal Cirebon bernama Nasirin yang tak bisa selamat.

“Kemungkinan Nasirin meninggal karena demam berdarah jika dilihat dari ciri-cirinya. “Karena selama kami dipenjara di kawasan hutan, dia mengeluh kepanasan dan kedinginan dan meminta air,” kata Sudirman.

Jenazah Nasirin akhirnya dimakamkan di Somalia. Sedangkan barangnya disimpan dan diberikan kepada pihak keluarga di Cirebon pada Minggu, 30 Oktober.

Sebuah keajaiban

Sudirman mewakili teman-temannya mengatakan bahwa mereka semua masih belum percaya bisa terbebas dari bajak laut Somalia. Pasalnya, proses pembebasan 26 awak kapal tersebut memakan waktu hampir 5 tahun.

“Kami tidak percaya kami bisa menghadapi semua hal ini. Apakah ini mimpi? Apakah ini keajaiban? “Alhamdulillah, Alhamdulillah, Yang Maha Kuasa,” ujarnya.

Sudirman mengaku kecewa dan marah kepada Tuhan karena nasib mereka yang terkatung-katung. Dia mengatakan, keyakinannya jatuh ketika dia ditangkap oleh bajak laut Somalia.

“Di sana saya tidak pernah sujud di hadapan Allah karena apa yang diajarkan pada umat Islam tidak dilakukan oleh bajak laut. Mereka justru menyakiti sesama umat Islam. “Mungkin saya akan menyesal setelah ini,” kata Sudirman.

Sementara itu, awak kapal lainnya, Supardi, terus menguatkan imannya saat disandera oleh bajak laut Somalia. Ia mengaku tak pernah berhenti berpuasa selama 5 Ramadhan di sana.

Keempat awak kapal tersebut mengaku trauma dengan kejadian penyanderaan yang dialaminya. Oleh karena itu, mereka mengaku memerlukan waktu sebelum menentukan langkah ke depan. – Rappler.com

Hk Pools