• May 20, 2024
Surat Cita-cita Anak Yogya untuk Sri Sultan Hamengkubowono

Surat Cita-cita Anak Yogya untuk Sri Sultan Hamengkubowono

“Pak Sultan tolong ditambah taman umum yang bisa digunakan untuk jalan-jalan anjing dan taman untuk camping dan piknik,” tulis seorang siswa SD.

YOGYAKARTA, Indonesia – Anang Saptoto tersentak. Penyedia Bengkel “Making Friends” tak menyangka anak usia SD bisa menjadi kontestan bengkelmenjawab sangat kritis ketika ditanya tentang pesan untuk Sultan Hamengku Buwono X di hari jadi kota Yogyakarta.

“ Seorang putri menjawab dengan malu-malu, jangan bangun Pusat perbelanjaan “dilanjutkan karena Yogya panas dan ramai,” ujarnya menceritakan pengalamannya memfasilitasi lokakarya pada Selasa 31 Oktober.

Sultan Hamengku Buwono Pada bulan yang sama, Kota Yogyakarta merayakan hari jadinya yang ke 261. Kota ini merupakan satu dari lima daerah di DIY.

Bengkel Make Friends memfasilitasi anak untuk berhubungan dengan orang lain. Baik anak-anak maupun orang dewasa. Medianya adalah kartu pos.

Tahun ini merupakan yang ketiga kalinya bengkel itu diadakan. Dua bengkel sebelumnya telah dilaksanakan pada tahun 2016. Jalin Sahabat #3 telah dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu pada tanggal 28 September dan 6 Oktober di SD Grow 3 Yogyakarta. Kartu pos berisi pesan kepada Sultan dikirimkan Kantor Gubernur DIY melalui Kantor Pos Yogyakarta pada Selasa pagi, 31 Oktober.

Berbagai pesan tertulis di sana. Ada yang kritis, ada pula yang polos, tipikal anak-anak. “Itu dari mereka sendiri, kami tidak mengarahkan isi pesannya,” kata Anang sambil mengantar anak-anak ke kantor pos.

Seorang anak laki-laki, Rakindu, menuliskan rasa penasarannya. “Tuan Sultan yang terhormat. Saya ingin bertanya apakah Pak Sultan sedang bermain permainan tumbuhtopiajika kamu bermain, beri aku beberapa kunci kerajaan dari Tolong!!! Dan minta nomor telepon Tolong 100X.” Sementara itu, Aisya, temannya, menulis “Aku ingin tahu apakah kue kering bisa terasa vanilla”.

Beberapa anak lain menuliskan pendapatnya tentang keadaan Yogyakarta yang semakin padat dan padat. Jalanan penuh dengan kendaraan, pepohonan lebih sedikit, dan lebih banyak pusat perbelanjaan dan hotel. “Saya ingin lalu lintas di Jogja lebih lancar. Saya ingin Jogja tetap bersih. Kenapa Jogja penuh dengan hotel? Sudah bisa itu macet,” tulis seorang anak.

“Pak Sultan, tolong tambah lagi pohon dan tempat wisatanya,” tulis Eksa. Pesan ini sejalan dengan sejumlah pesan anak lainnya. “Halo Pak Sultan, mohon bantuannya untuk meredam perkelahian di Jogja. “Jangan membangun terlalu banyak hotel atau kamu akan kehabisan air.”

Anang mengatakan hal itu selain menyampaikan pesan kepada Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono bengkel itu akan ditampilkan dalam satu pameran. Beberapa pesan terpilih juga akan disajikan dalam bentuk street art.

“Rencananya teks-teks terpilih akan dihadirkan, misalnya dalam bentuk mural,” ujarnya.

Berpikir kritis sejak dini

Pak Sultan, tolong tambahkan taman umum yang bisa digunakan untuk jalan-jalan anjing dan taman untuk berkemah dan piknik serta jalur jogging. Terima kasih.

SD Tumbuh merupakan salah satu lembaga pendidikan inklusif di Yogyakarta. Sekolah ini bertujuan untuk mengenalkan siswanya pada keberagaman budaya dan pemikiran.

Mereka sejak dini diajarkan untuk berpikir mandiri dan berani mengemukakan pendapat. “Mengakomodasi generasi yang berbeda dengan generasi kita mengajarkan kita untuk berpikir kritis,” kata Kepala SD Grow 3 Yogyakarta Sri Rahayu Widiyastuti.

Di sekolah ini, kata dia, guru berperan sebagai fasilitator. Mereka tidak memposisikan dirinya sebagai orang yang mengetahui segalanya.

Jadi tidak perlu malu jika melakukan kesalahan dan meminta siswa memperbaikinya. Bahkan ketika guru dan siswa tidak mampu menjawab suatu permasalahan, mereka tidak segan-segan mencari jawabannya bersama-sama.

Siswa juga didorong untuk menjadi pembelajar mandiri. Mereka tidak hanya belajar dari buku teks dan lingkungan saja.

“Kami juga mengajak anak-anak untuk melihat lingkungan sekitar sebagai bahan pembelajaran,” ujarnya.

Misalnya saja di jalan saat berangkat sekolah, ia mencontohkan, anak-anak melihat pengemis di pinggir jalan. Atau melihat baliho yang memuat pesan tertentu di lampu merah. Pandangan seperti itu bisa menjadi bahan pembelajaran bagi anak.

“Mereka menjadi pembelajar yang mandiri,” ujarnya.

Sistem pembelajaran ini memungkinkan anak berpikir kritis. Sejak lima tahun terakhir, hotel terus menjamur di Kota Yogyakarta. Banyaknya hotel baru menimbulkan konflik sumber daya alam. Sumur warga kering karena sumber air tanah disedot pengelola hotel.

Pada sektor transportasi, jalan-jalan utama mengalami kemacetan pada jam dan hari tertentu, terutama pada minggu-minggu libur panjang. Mobil pribadi dan kendaraan roda dua mendominasi. Angkutan umum, seperti bus Transjogja dan Kopata, tidak cukup efisien untuk menyelesaikan permasalahan transportasi.

Pengurus orang tua siswa SD Grow 3 Yogyakarta Wenny Ayu Listianti mengatakan metode pembelajaran di lembaga pendidikan ini menarik dan menyenangkan.

“Anak-anak punya pengalaman berharga,” kata Wenny.

Ia berharap kartu pos yang dikirimkan anak-anak tersebut mendapat respon positif dari Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono.

“Paling tidak dipikirkan (isi surat yang dikirimkan anak-anak),” ujarnya. – Rappler.com

judi bola online