• November 22, 2024

Tokoh Gereja protes renovasi Masjid Baiturahman di Wamena

Tony Wanggai, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Provinsi Papua, membenarkan adanya surat edaran tersebut namun meminta umat Islam tidak terprovokasi.

JAKARTA, Indonesia—Persekutuan Gereja-Gereja Jayawijaya (PPGJ) mengeluarkan surat protes pada 25 Februari terhadap renovasi Masjid Raya Baiturahman Wamena. Mereka keberatan karena pembangunan masjid tersebut tidak sesuai dengan keputusan bersama (SKB) kedua menteri.

Isi lengkap tuntutan PPGJ dapat dibaca dalam dokumen surat yang diperoleh Rappler di bawah ini:

Benarkah surat ini berasal dari PPGJ?

Andreas Harsono, peneliti Human Rights Watch Indonesia, membenarkan bahwa surat tersebut asli. Ia menyayangkan PPGJ mengeluarkan surat tersebut. “Intoleransi jelas terhadap minoritas Sunni di Wamena,” ujarnya kepada Rappler, Senin, 29 Februari.

Rappler mencoba menghubungi Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Papua Pendeta Lipius dan Ketua Sinode Gereja Kristen Papua Pendeta Albert Yoku untuk menanyakan isi surat tersebut, namun kedua nomor tersebut tidak aktif.

Sementara itu, Ketua Persekutuan Gereja-Gereja Papua, Uskup Leo Labalajar, mengatakan kepada Rappler, dirinya masih mengumpulkan informasi mengenai surat tersebut.

Sementara itu, sumber Rappler di kalangan gereja menyebut PPGJ protes karena prihatin dengan nasib gereja di Pulau Jawa. Pembatasan pembangunan gereja oleh SKB dua menteri di Pulau Jawa membuat umat Kristiani tidak leluasa membangun gedung ibadah.

Keberatan lainnya adalah bangunan masjid akan dinaikkan menjadi tiga tingkat. Umat ​​Kristiani mengaku keberatan karena jumlah umat Islam di Wamena mencapai sekitar 1.000 orang. “Faktanya, tidak ada satupun gedung pemerintah yang bertingkat,” kata sumber tersebut.

Sumber juga mengungkapkan bahwa umat Kristiani prihatin dengan maraknya radikalisme di nusantara. “Di Papua, Hizbut Tahrir Indonesia sedang merencanakan Tabligh Akbar,” ujarnya.

Versi Muslim

Sementara itu, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Provinsi Papua Tony Wanggai membenarkan adanya surat edaran tersebut. Umat ​​Islam sangat ingin merenovasi Masjid Baiturahman yang berdiri sejak tahun 1994 di Wamena.

“Bukan untuk membangun, tapi untukrehabilitasi,” kata Tony kepada Rappler. Masjid ini juga tidak dibangun dengan tiga lantai, melainkan dua lantai. Lantai tiga adalah kubah masjid.

Tony pun mengklarifikasi tudingan penggunaan lahan masjid. Menurut Tony, masjid tersebut berdiri di Kompleks Yayasan Pendidikan Islam yang sudah ada di Wamena sejak tahun 1969. Di kompleks tersebut juga terdapat Yayasan Muslim Pancasila milik presiden kedua Indonesia, Soeharto.

Kemudian jumlah umat Islam di Papua bertambah hingga mencapai 5.000 orang, kata Tony.

Tapi, kata Tony, isu restorasi masjid ini belakangan semakin menggila. “Ada rumor di masyarakat bahwa menara tersebut akan dibangun setinggi 50-70 meter untuk menyaingi patung Yesus yang dibuat oleh pemerintah daerah,” ujarnya.

Komitmen para pemimpin agama dipertanyakan

Namun yang menjadi fokus Tony kini bukan lagi suratnya. Menurutnya, ada yang lebih mengkhawatirkan bukan sekedar persoalan relasi gereja dan masjid di Papua dan nusantara, melainkan koneksi tokoh agama.

“Yang sangat kami sayangkan adalah Ketua PPGJ Abraham Ungirwalu yang menandatangani surat tersebut, padahal dua bulan lalu dia mengikuti pelatihan perdamaian Kementerian Agama. “Kenapa dia bersikap seperti itu?” tanya Tony.

Menurut Tony, seharusnya Abraham menunjukkan toleransi. Belajar dari kasus Tolikara, diterbitkan surat edaran yang mengandung SARA (Suku, Ras, dan Agama) dan memprovokasi masyarakat, katanya. Di Tolikara, musala dibakar oleh kelompok intoleran.

Penerbitan surat rekomendasi pencabutan izin dinilai tidak menghormati nilai-nilai Pancaisla.

Andreas Harsono dari HRW Indonesia sependapat dengan Tony. “Para pendeta di Wamena yang mayoritas tergabung dalam Forum Kerukunan Umat Beragama di Jayawijaya harus belajar dari kegagalan di Jawa dan Sumatera bahwa kebebasan beragama harus dilindungi,” ujarnya.

Diselesaikan dengan cara biasa

Sementara itu, Tony menjelaskan, pemerintah daerah dan pihak-pihak berkepentingan telah melakukan pertemuan mengenai hal tersebut. Pertemuan tersebut memutuskan untuk membentuk tim pencari fakta. Anggotanya berasal dari pemerintah, Gereja Papua, Nadhlatul Ulama, dan masyarakat Islam di Papua.

Koordinator tim fakta berada langsung di bawah Kementerian Agama. Siapa saja yang terlibat dan diundang dalam pertemuan tim pencari fakta? Majelis Umat Islam Papua Forum Kerukunan Umat Islam Pegunungan juga akan hadir, ujarnya.

Tony menambahkan, tim pencari fakta nantinya akan membahas penyelesaian persoalan restorasi masjid, bukan melalui jalur hukum, melainkan melalui cara tradisional. “Karena di Papua ini kami mengedepankan persoalan adat,” ujarnya.

Tony menambahkan pesan kepada umat Islam di seluruh tanah air, khususnya Pulau Jawa. “Tidak perlu terprovokasi dengan surat pernyataan tersebut. Ingat, ini menjelang pemilu kabupaten dan gubernur, mungkin ada kelompok kepentingan tertentu yang menggunakan lembaga keagamaan untuk mencari massa, katanya.

Tony melanjutkan, umat Islam di Wamena saat ini memilih menenangkan diri dan tidak terprovokasi. “Kami berharap teman-teman di Pulau Jawa juga demikian. “Kami mencari solusi bersama dan mempercayakan tanggung jawab atas masalah ini kepada umat Islam di Papua,” ujarnya.

Menurut Tony, pihak gereja juga tidak tinggal diam. Persatuan gereja tersebut akan melakukan diskusi dengan umat Kristiani di luar Papua, khususnya Pulau Jawa, mengenai berbagai permasalahan umat Islam dan Kristen di Papua dan Jawa. “Mereka juga akan menyelesaikan masalah ini secara internal,” ujarnya. —Rappler.com

BACA JUGA

Result SDY