• May 20, 2024
Indonesia, Filipina membahas opsi untuk membebaskan 10 WNI yang disandera Abu Sayyaf

Indonesia, Filipina membahas opsi untuk membebaskan 10 WNI yang disandera Abu Sayyaf

TNI siap membantu Filipina menangani pembajak jika diperlukan.

JAKARTA, Indonesia – (UPDATED) Indonesia terus membahas berbagai opsi pembebasan dengan Filipina 10 awak kapal tunda Brahma 12 disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina selatan.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan pihaknya telah mengkomunikasikan beberapa opsi kepada mitranya, Menteri Luar Negeri Filipina. Jose Almendras.

“Dalam tiga hari terakhir, komunikasi dan koordinasi semakin intensif. Terakhir saya berkomunikasi dengan beliau pada hari ini pukul 08.13 WIB, kata Retno saat memberikan keterangan pers di Kementerian Luar Negeri, Kamis, 31 Maret.

Hasil komunikasi keduanya, kata Retno, akan disampaikan Almendras kepada mitranya.

Belum diketahui opsi apa yang akan diambil atau ditawarkan Indonesia kepada Filipina.

Seperti yang saya sampaikan, keselamatan 10 awak kapal masih menjadi acuan utama, imbuh Retno.

Ia mengatakan, dukungan pemerintah Filipina untuk membebaskan 10 WNI tersebut sangat penting. Oleh karena itu, Indonesia mengapresiasi dukungan dan kerja sama Filipina.

Retno mengatakan, aparat terkait mengetahui pergerakan dan posisi para sandera dari waktu ke waktu. Dia belum mau membeberkan lokasi para sandera demi keselamatan mereka.

Selain berkomunikasi dengan rekan-rekannya di Filipina, Kementerian Luar Negeri juga telah menghubungi keluarga awak kapal yang disandera.

Kelompok Abu Sayyaf pernah meminta uang tebusan sebesar 50 juta peso atau sekitar Rp 15 miliar.

Sementara itu, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso mengatakan, pemerintah masih terus melakukan negosiasi agar 10 WNI tersebut bisa dibebaskan. Ia juga tidak menyalahkan pemerintah Filipina yang tidak bersedia menerima bantuan militer Indonesia untuk menangkap pelaku pembajakan kapal tunda Brahma 12 dan Anand 12.

“Ya, mungkin mereka juga punya harga diri dan reputasi yang harus dijunjung tinggi. Kalau ada sandera di sini (Indonesia), kami juga akan menyelesaikannya sendiri, jadi masalah ini masih perlu koordinasi. Kita lihat saja,” kata Sutiyoso, Kamis, 31 Maret di Istana Negara.

Lantas apa yang akan dilakukan pemerintah mengingat batas waktu penyerahan uang tebusan berakhir pada 8 April?

“Itu sebabnya kami masih terus melakukan negosiasi. “Kita masih punya waktu sampai tanggal 8,” ujarnya.

BIN, jelas Sutiyoso, terus bekerja sama dengan intelijen Filipina untuk mengikuti perkembangan. Seluruh informasi yang ada dikirimkan kepada seluruh pihak terkait seperti Panglima TNI dan Menteri Luar Negeri.

Sutiyoso juga mengetahui, selain WNI, ada juga 11 WNA lainnya yang sudah lebih dulu disandera Abu Sayyaf. Mereka merupakan warga negara Norwegia, Belanda, Kanada, dan Filipina.

Tentu tidak mudah untuk mengambil opsi penyerangan, karena selain dari aspek taktis, kita juga harus mempertimbangkan aspek politik, kata Sutiyoso.

TNI siap membantu

Sebelumnya, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan TNI siap membantu pasukan Filipina menghadapi kelompok perompak yang menyandera 10 awak kapal Indonesia. Meski demikian, ia mengaku tak ingin terburu-buru dan masih menunggu jawaban dari Filipina.

“Saya pikir militer sudah siap, tergantung di sana (Filipina). Karena itu adalah ‘rumah’ seseorang. “Kalau dia (Filipina) bilang siap, kita lihat saja, kalau dia minta bantuan akan kita tangani,” kata Ryamizard di Kementerian Pertahanan, Selasa, 29 Maret.

Dia mengatakan TNI telah menyiapkan kapal patroli. Namun, dia menegaskan sekali lagi bahwa militer Indonesia tidak bisa hanya melakukan operasi di wilayah Filipina tanpa persetujuan pemerintah setempat.

“Ini adalah negara rakyat. Kalau tidak bisa masuk, jangan dipaksakan. Kalau mereka siap selesai kita tunggu saja, (kalau) dia butuh bantuan kita masuk. “Jangan sembunyi-sembunyi, kasusnya akan panjang,” kata Ryamizard.

Menurut Ryamizard, seharusnya pembebasan 10 WNI tersebut dilakukan tanpa memenuhi tuntutan uang tebusan sebesar 50 juta peso atau setara Rp15 miliar. -dengan laporan ANTARA/Rappler.com

BACA JUGA:

Pengeluaran HK