• May 20, 2024
Indonesia hanya diperbolehkan memasuki perairan Filipina untuk membebaskan sandera

Indonesia hanya diperbolehkan memasuki perairan Filipina untuk membebaskan sandera

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Berdasarkan perjanjian yang ditandatangani kedua negara, Indonesia hanya boleh memasuki wilayah perairan Filipina dalam keadaan darurat.

JAKARTA, Indonesia – Pemerintah Filipina telah mengklarifikasi pernyataan Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu tentang negaranya yang memberikan izin kepada militer Indonesia untuk memasuki wilayah Filipina dan membunuh 7 warga negara Indonesia (WNI) awak kapal TB Charles secara gratis.

Menurut mantan Menteri Pertahanan Filipina Voltaire Gazmin, militer Indonesia hanya bisa masuk dan menyelamatkan WNI dari kelompok Abu Sayyaf jika terjadi di perairan Indonesia.

“Itu juga didasarkan pada situasi darurat dan pengejaran sandera,” kata Gazmin kepada media.

Hal ini sesuai dengan Perjanjian lintas batas yang ditandatangani kedua negara pada tahun 1975. Dalam perjanjian tersebut tertulis bahwa aparat keamanan Indonesia diperbolehkan memasuki zona maritim Filipina dalam keadaan terdesak karena sedang mengejar penjahat.

Hal ini juga berlaku jika terjadi keadaan darurat di perairan Filipina, kemudian pelaku kejahatan melarikan diri ke wilayah laut Indonesia. Namun dari segi wilayah daratan, pasukan militer Indonesia hanya diperbolehkan melakukan operasi militer terbatas, seperti berbagi informasi dengan otoritas Filipina, bukan melakukan operasi senjata.

Pernyataan Ryamizard membuat bingung publik. Kemudian bertemu di Istana Negara pada hari Rabu, 29 JuniRyamizard mengatakan, pihak berwenang Filipina tidak hanya mengizinkan militer Indonesia memasuki wilayah perairan tetapi juga daratan.

“Secara umum (memasuki wilayah laut) diperbolehkan. Namun poin-poinnya harus dibicarakan. Seperti kemarin, kamu mau masuk ke mana, dan rute apa yang kamu ambil? “Kalau kapal terlalu banyak, tidak signifikan,” kata Ryamizard.

Sementara terkait akses ke daratan Filipina, Indonesia masih mendiskusikan hal tersebut dengan negara mitranya.

Ryamizard mengatakan, wacana tersebut merupakan salah satu poin yang disepakati dalam nota kesepahaman bersama (MoU) trilateral untuk mengatasi aksi terorisme di wilayah perairan Sulu. Pada Minggu, 26 Juni, Ryamizard kembali berkunjung ke Filipina untuk membahas MoU.

Kapal-kapal berbendera Indonesia kembali menjadi sasaran pembajakan saat mereka terus transit di Filipina selatan untuk mengirimkan batu bara.

“Sebelum kami masuk (wilayah Filipina), tentunya kami akan informasikan berapa personel yang ada di kapal tersebut. Kapal jenis ini akan masuk. “Jika mereka mengizinkan, maka kami akan masuk,” kata purnawirawan jenderal itu.

Untuk menempatkan penjaga di kapal

Sementara itu di tempat yang sama, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyampaikan salah satu poin yang disebutkan dalam MoU tersebut adalah penetapan koridor laut. Menurut dia, perjanjian koridor laut ini penting karena memuat izin prajurit untuk mengawal dan mengawal kapal.

Jadi, dalam kewenangan Menhan ada dua hal yang perlu dibahas, yakni upaya penanganan saat ini (penyanderaan) dan upaya preventif, kata Retno.

Sementara itu, dalam proses pergantian kepemimpinan di Filipina, ia mulai membangun komunikasi dan akses jaringan. Pada Kamis, 30 Juni, Rento berencana berangkat ke Manila untuk bertemu dengan Menteri Luar Negeri terpilih.

“Salah satu tujuan saya berkunjung ke Filipina tentu saja untuk menjalin komunikasi. Sebab pada pembebasan sebelumnya, komunikasi intensif antara saya dan Menlu sangat bermanfaat dalam upaya pembebasan para sandera, kata mantan Dubes RI untuk Belanda itu.

Sementara dari 7 WNI yang disandera, pihak berwenang Indonesia hanya mengetahui keberadaan 4 WNI tersebut. Panglima TNI Gatot Nurmantyo membenarkan keempat WNI tersebut saat ini berada di Pulau Jolo.

“Mereka dalam keadaan sehat. Tapi saya sendiri belum berbicara dengan sandera itu. “Kami masih berkoordinasi dan melakukan pengecekan untuk memastikannya,” kata Gatot media.

Dari informasi yang diperoleh TNI, kata Gatot, motivasi penculikan tersebut karena ingin meminta uang tebusan kepada pemerintah Indonesia. – Rappler.com

BACA JUGA:

Keluaran Sidney